Jejak Penghafal Alquran di Sevilla – Republika, Indonesia

Di bawah rindang pepohonan, di tepian terminal bus Kota Sevilla, Spanyol, dua penghafal Alquran bercerita penuh semangat. Mereka adalah Luqman Nieto dan Umar Molinero.

Kedua anak muda ini mengisahkan perjalanannya bisa menghafal Alquran dan kecintaannya pada kitab suci tersebut. Perjalanan cinta kepada Alquran mereka kisahkan di sela berlangsungnya Tarawih berjamaah di Masjid Sevilla, Ahad (3/7) dini hari waktu setempat.

Dalam Tarawih tersebut, para hafiz (penghafal Alquran) di Sevilla mendapatkan giliran menjadi imam. Mereka membacakan ayat Alquran secara berurutan. Tiap rangkaian Tarawih, para hafiz ini membacakan rata-rata satu juz Alquran secara bergantian.

Menghafal Alquran kini telah menjadi bagian penting bagi umat Islam di Sevilla dan beberapa wilayah lain di Spanyol. Gairah anak muda memiliki hafalan Alquran terus bertambah. Kebanyakan anak muda Muslim di Sevilla memiliki hafalan Alquran, meski tidak lengkap 30 juz.

Luqman menceritakan, ia mulai menghafal Alquran sejak berusia 11 tahun. Saat itu, dia mengakui, dorongan untuk menjadi penghafal Alquran tumbuh dari orang tuanya. Luqman kecil dikirimkan ke pesantren penghafal Alquran di Mallorca.

«Itu adalah pulau di Laut Mediterania yang banyak dikunjungi wisatawan,» ujar dia. Namun, pesantren penghafal Alquran di pulau tersebut berada di wilayah yang jauh dari pusat-pusat pariwisata. Berangkat dari dorongan orang tua itulah kemudian Luqman perlahan-lahan memiliki kekaguman terhadap Alquran. Menurut dia, Alquran adalah kalimat Allah SWT. Tidak ada kalimat manusia yang posisinya lebih tinggi dari kalimat Alquran.

Kesadaran ini kemudian mendorongnya semakin kuat untuk terus memiliki hafalan Alquran. Metode yang diajarkan pesantren di Mallorca dalam menghafal Alquran terbilang sangat tradisional. Para santri diberikan satu papan kayu yang bisa ditulis dengan tanah liat.

«Kemudian guru mendiktekan kepada kami ayat yang akan dihafal secara berurutan. Kami tuliskan ayat itu di atas papan dengan tanah liat,» ujar Umar. Setelah dituliskan, para santri kemudian menghafalkan ayat-ayat itu.

Setelah benar-benar hafal, para santri menyetorkan hafalannya kepada sang guru. Dengan teliti para guru menyimak setoran itu dan mengoreksinya jika masih terdapat kesalahan makhraj (bunyi) ataupun kesalahan tajwid (tata cara membaca ayat Alquran).

Setelah hafalannya sempurna, para santri kemudian diminta untuk menghapus tulisan di papan tersebut untuk digantikan dengan ayat yang lain. Proses seperti itu berlangsung terus setiap hari.

Menurut Umar, pesantren itu mulai beraktivitas pada tahun 2000. Dua orang pendiri pesantren adalah Haji Ahmad Salbah selaku pemilik lahan dan Muhammad Wazani selaku pengajar hafalan Alquran. Hingga saat ini Ahmad Salbah masih hidup dan mengelola pesantren. Sedangkan, Wazani telah berpulang dalam sebuah kecelakaan pesawat terbang.

Dengan metode tersebut, kata Luqman, masing-masing santri memerlukan waktu tiga sampai lima tahun untuk bisa hafal penuh 30 juz. «Tentu itu bergantung pada ketekunan dan kemampuan masing-masing.»

Menurut perkiraannya, sejak berdiri hingga saat ini, pesantren Mallorca tersebut telah menghasilan sekitar 250 penghafal Alquran. Selama mengikuti pesantren Alquran, Luqman meninggalkan bangku sekolah formal.

Begitu selesai, ia mengikuti pendidikan di sekolah formal untuk mendapatakan ijazah. Selepas dari pesantren, dia meneruskan kuliah di Afrika Selatan, mengambil bidang sejarah dan politik Islam. Di sana, ia juga memperdalam kemampuannya membuat film.

Sepulang dari Afrika Selatan dia meneruskan kuliah sinematografi di Spanyol. Keahliannya dalam membuat film kini menjadikan Luqman sebagai hafiz yang berprofesi sebagai pembuat film.

Seperti Luqman, selepas dari Mallorca, Umar juga melanjutkan studi di Afrika Selatan dalam bidang yang sama pula, yaitu politik dan sejarah Islam. Umar belum menyempurnakan hafalan Alqurannya hingga 30 juz. Saat ini dia memiliki hafalan 20 juz.

Sepulang dari Afrika Selatan, dia mengembangkan bisnis kopi. Saat ini, Umar menjadi pedagang kopi mentah dan memiliki kafe di salah satu sudut Kota Sevilla.

Di sela kesibukan menjadi pembuat film dan pedagang kopi, keduanya terus berupaya untuk bisa merawat hafalan yang telah dimilikinya. Hampir setiap hari, mereka membaca satu juz.

Setengah juz dibaca pada pagi hari dan setengahnya lagi dibaca pada sore hari. Selain mereka, ada juga nama Karim Molinero dan Aiman Madero, penghafal 30 juz. Ada juga Abdellah Castineira, Bashir Salva, Umar Bermejo, dan Hamza Castineira. Mereka hafal 30 juz.

Wakil Presiden Fundacion Mezquita de Sevilla, organisasi yang mengelola Masjid Sevilla, Ibrahim Hernandez, mengungkapkan, semakin lama aktivitas Muslim kian banyak.

Selain menghafal Alquran, sebagian Muslim di Sevilla juga rutin menggelar kajian dan melayani kelas untuk semua kalangan yang ingin memahami Islam lebih jauh. Saat ini, menurut dia, aktivitas Muslim di Sevilla masih terbagi dalam 12 masjid kecil.

Menurut dia, akan lebih baik jika aktivitas masjid-masjid kecil itu kemudian diwadahi dalam satu tempat yang besar.

Untuk mewujudkan keinginan itu, lembaganya sudah merencanakan untuk membangun pusat kebudayaan Islam di Sevilla. Rencananya gedung itu akan dibangun di atas lahan seluas 4.500 meter persegi di tepi Sungai Wadal Kabir, Sevilla. Dia berharap, Indonesia juga bisa mendukung rencan pembangunan ini.

Oleh Irfan Junaidi Dari Sevilla, Spanyol 
ed: Ferry Kisihandi
http://www.republika.co.id/berita/koran/halaman-1/16/07/04/o9s385404-jejak-penghafal-alquran-di-sevilla